Global warming

Kutub es mencair salah satu dampak pemanasan global

Kemaren aku liat-liat berita di tv masalah pemanasa global, ngeri banget!!! kalo bumi gini terus terusan mungkin kita kelak akan mengalami bencana serupa yang dialami oleh peradaban jaman purba, tau ga kalo dulu tu kepulauan timur indonesia bergabung dengan benua Australia, sedangkan bagian barat bergabung dengan daratan benua Asia. tapi sekarang uda pisah, ini sih menurut para peneliti tapi juga bisa di buktikan, coba kalian liat-liat peta dunia dan amati lebih teliti kepulaaun Indonesia.

Perubahan cuaca adalah adalah satu masalah kolektif, bagaimana mencegah agar tidak menjadi pengungsi cuaca, bukan hanya tugas dan tangung jawab satu negara, melainkan kewajjiban setiap umat manusia.

Salah binatang yang terancam kepunahan

Memberi definisi pengungsi cuaca dari sudut Internasional, yakni bagaimana menjadi suatu konvensi internasional bagi mereka, agar badan pengungsi PBB mendapat dana dan menempatkan personel yang diperlukan untuk menangani pengungsi cuaca. Ini adalah tugas utama.

Jika ingin mencegah kejadian tragis seperti dalam film tersebut, maka yang paling pokok adalah mengurangi jumlah pengeluaran gas efek rumah kaca. Meskipun sejumlah besar negara dewasa ini sudah berupaya mencegah pemanasan cuaca, misalnya perjanjian (Protocol Kyoto), namun itu hanya sebuah awal. Untuk mencegah pemanasan global masih perlu upaya kita bersama. Selain itu, membuat undang-undang dan peraturan kebijakan lingkungan yang sehat, sistem kebersihan umum yang memenuhi syarat, adalah kunci tindakan prevetif (pencegahan).

Bagi China, jika suhu dunia terus naik, maka tidak saja daerah sebelah timur yang bertanah rendah yang lebih maju ekonominya itu akan tergenang air, gletser di dataran tinggi bagian barat juga tidak dapat mengatur volume air Jianghe, kekeringan dan banjir akan terjadi silih berganti di tanah daratan China. Dan untuk mencegah pemanasan global, China sepenuhnya tidak boleh menjauhkan diri dari masalah ini.

Negeri Barat “terbakar”
Sejak memasuki bulan Juli, gelombang panas yang bergelora menyerang Eropa dan Amerika.
Sedemikian panasnya hingga es yang menjulang di Swedia habis terkikis, dan begitu juga di Kalifornia, AS listrik padam dalam skala luas, dan London, Inggris, bahkan prajurit penjaga Istana Buckingham yang megah berteduh dan berjaga di bawah pohon, bahkan karyawan perusahaan yang paling memperhatikan penamilan busana melepaskan stelan jas dan menggantinya dengan celana pendek ke kantor.

Di pantai seberang Samudera Atlantik, Amerika, di pantai barat California juga mengerang dalam kepanasan. Pada 28 Juli lalu, Pemerintah California mengatakan, “gelombang panas yang berlangsung selama 2 pekan terakhir telah merenggut nyawa lebih dari 120 orang, memecahkan record tertinggi dalam sejarah.” Begitu juga dengan ternak ambruk berjatuhan. kurang lebih sudah 25.000 ekor sapi perah mati kepanasan di Caifornia tengah hingga saat ini. Tapi, jumlah ternak piaraan yang mati lebih fantastis lagi, yakni mencapai 700.000 ekor.



Negeri timur “terendam” banjir
Yang sangat kontras dengan suasana melawan hawa panas di Eropa dan Amerika adalah, Korut, Korsel, Jepang di Asia Timur dan India di Asia Selatan justru sedang berjuang menghadapi badai hujan dan banjir, di sejumlah besar daerah berubah menjadi daerah yang terendam air.

Pada juli lalu, terjangan hujan badai yang melanda berbagai daerah di Korut menyebabkan ratusan orang tewas dan hilang, sawah yang terendam banjir mencapai ratusan ribu hektar, di antaranya termasuk daerah pertanian Huanghai yang oleh Korut disebut “gudang pangan”. Di Korsel, tepatnya sejak 14-19 juli lalu, badai hujan yang berkesinambungan telah mengakibatkan 25 orang tewas dan 24 hilang. Akibat banjir, telah menyebabkan hampir 4.600 orang dari 2.000 keluarga menjadi korban, dan sebanyak 2.175 rumah tergenang air.

Banjir dan longsor yang disebabkan hujan lebat, di Jepang dan India menelan ratusan korban terhanyut banjir dan terkena petir.

Laut menjadi pasang mengakibatkan daratan menjadi banjir

Tapi, bencana kali ini membuat ilmuwan mulai tertarik terhadap hubungan antara geologi dengan cuaca. Sejumlah geolog mencemaskan, lumeran glester yang disebabkan pemanasan global dapat mengeluarkan energi dalam kerak bumi yang ditekan, sehingga dengan demikian menyebabkan perubahan geologi yang serius, dan mengakibatkan gempa, tsunami dan letusan gunung berapi serta bencana alam lainya.

Dalam menghadapi bencana, segala kekuasaan, kedudukan dan kepentingan menjadi tidak berarti. Singkirkan semua purbasangka, mari bersatu, untuk tidak menjadi pengungsi cuaca, mungkin adalah masalah yang lebih utama daripada perang atau konflik yang terjadi saat ini.

salam adin

Diolah dari berbagai sumber

1 comments:

Monica Ria said...

liat toh beruang putihnya, melas banget mukanya ... dimana aq akan tinggal ya ????

Post a Comment

Kirim komentar

 
Home | Gallery | Tutorials | Freebies | About Us | Contact Us

Copyright © 2009 Misteri Fenomena |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.